PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN PAI BERBASIS WEB DAN ICT (10)


PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN PAI BERBASIS WEB DAN ICT

BAB I
PENDAHULUAN
A.          LATAR BELAKANG
Pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas yaitu aktivitas belajar dan aktivitas mengajar. Aktivitas mengajar menyangkut peranan seorang guru dalam konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara mengajar itu sendiri dengan belajar. Suatu pembelajaran akan bisa disebut berjalan dan berhasil dengan baik manakala ia mampu mengubah diri peserta didik dalam arti yang luas serta mampu menumbuhkembangkan kesadaran peserta didik untuk belajar, sehingga pengalaman yang diperoleh peserta didik selama terlibat di dalam proses pembelajaran itu, dapat dirasakan manfaatnya secara langsung bagi perkembangan pribadinya.
            Kunci pokok pembelajaran ada pada seorang guru atau pengajar tetapi ini bukan berarti dalam proses pembe;ajaran hanya guru yang aktiv, sedangkan peserta didik pasif. Pembelajaran menuntut keaktivan kedua pihak yang sama-sama menjadi subjek pembelajaran. Pembelajaran yang hanya ditandai oleh keaktivan guru sedanbg peserta didik hanya pasif, pada hakekatnya disebut mengajar. Demikian pula bila pembelajaran hanya di tandai oleh peserta didik saja, dan tampa melibatkan keaktivan guru untuk mengelolahnya secara baik dan terarah, maka hanya disebut belajar. Jadi, pembelajaran itu merupakan perpaduan aktivitas mengajar dan belajar.
Namun, kenyataannya banyak kita temukan pengajar atau guru agama dalam mengembangkan pembelajaran sering tidak sesuai dengan apa yang di inginkan anak didik, sehingga terjadi kejenuhan atau tidak suka paada pembelajaran Agama. Padahal sebenarnya pendidikan Agama sangat penting dalam membangun mental religious anak didik. Adapun untuk mengatasi kejenuhan-kejenuhan itu seorang pendidikan perlu memotivasi anak didik atau membuat strategi yang sesuai dengan kondisi anak didik, sehingga mereka bersemangat dan merasa senang dalam belajar dan pendidik pun bisa mencapai tujuan yang di inginkan.

B.           RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana konsep dasar dari prinsip-prinsip pembelajaran?
2.      Apa saja prinsip-prinsip pembelajaran PAI?
3.      Apa saja prinsip pembelajaran berbasis Web dan Ict?
4.      Mengapa prinsip-prinsip pembelajaran harus diterapkan?

C.       TUJUAN PENULISAN
1.      Agar kita dapat mengetahui bagaimana konsep dasar dari prinsip-prinsip pembelajaran PAI.
2.      Agar kita dapat mengetahui macam-macam prinsip pembelajaran PAI.
3.      Agar kita dapat mengetahui macam-macam pembelajaran PAI berbasis Web dan ICT.
4.      Agar kita dapat mengetahui alasan dari prinsip pembelajaran ini diterapkan

BAB II
PEMBAHASAN
A.       KONSEP DASAR
Pengertian pengelolaan pembelajaran adalah suatu upaya untuk mengatur (memanajemen, mengendalikan) aktivitas pembelajaran berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pembelajaran untuk menyukseskan tujuan pembelajaran agar tercapai secara lebih efektif, efesien dan prodduktif yang diawali dengan penentuan strategi dan perencanaan, dan diakhiri dengan penilaian.[1]
Pembelajaran merupakan aktivitas (proses) yang sistematis dan terdiri atas banyak komponen. Masing-masing komponen pembelajaran tidak bersifat parsial (terpisah) atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan secara teratur, saling bergantung, komplementer, dan berkesinambungan. Untuk itu diperlukan pengelolaan pembelajaran yang baik yang harus dikembangkan berdasarkan pada prinsip-prinsip pembelajaran, dikembangkan segi dan strategi pembelajaran, di rancang secara sistematis, bersifat konseptual tetapi praktis-realistik dan fleksibel, baik yag mencakup masalah interaksi pembelejaran, pengelolaan kelas, pendayagunaan sumber belajar (pembelajaran), maupun penilaian pembelajaran.[2]
Agar lalu lintas pembelajaran bisa berjalan lancar, teratur, dan terhindar dari beberapa hambatan yang mengakibatkan pembelajaran tidak berjalan lancar dan teratur, serta kemungkinan-kemungkinan lain seperti fasilitas peserta didik, ketidaksesuaian, penerapan metode, ketidakpahaman terhadap materi, keterasingan seorang peserta didik dalam suatu kelas pembelajaran, dan lain-lainnya, maka seorang guru harus mengerti, memahami, dan menghayati berbagai prinsip pembelajaran sekaligus mengaplikasikannya. .
                                                                                                                       
B.           PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN PAI.
Prinsip-prinsip pembelajaran ini sangat berkaitan dengan segala komponen pembelajaran, baik yang menyangkut apa dan bagaimana peran guru dalam pembelajaran, kearah mana pembelajaran harus dilaksanakan, maupun menyangkut apa, mengapa dan bagaimana agar peserta didik terliba aktif dalam pembelajaran. [3]

1.   Prinsip Aktivitas.
Mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar. Pengalaman itu sendiri mungkin diperoleh jika peserta didik dengan keaktifannya sendiri bereaksi terhadap lingkungannya. Misalnya jika ingin memecahkan suatu problem, maka ia harus berfikir menurut langkah-langkah tertentu. Jika ia ingin menguasai suatu keterampilan,maka ia harus berlatih mengkoordinasikan otot-otot tertentu. Jika ingin memiliki sikap-sikap  tertentu, maka ia harus memiliki sejumlahpengalaman emosional. Dan begitu seterusnya.
Belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Peserta didik yang memiliki aktivitas fisik ialah yang giat aktif dengan aknggota badannya, membuat sesuatu, bermain atau berkerja, tidak hanya duduk dan mendengarkan,  melihat atau hanya  pasif. Sedangkan peserta didik yang memiliki aktivitas psikis ialah yang daya jiwanya berkerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran.
            Kegiatan/keaktifan fisik sebagai kegiatan yang tampak yaitu seperti peserta didik melakukan percobaan, membuat kontruksi model, dan lain-lain. Sedangkan kegiatan psikis tampak bila peserta didik mengamati dengan teliti, memecahkan persoalan, mengambil kesimpulan dan lain-lain. Pada saat peserta didik aktif fisiknya maka dengan sendirinya psikisnya juga aktif. Karena itu keduanya itu satu kesatuan. J. Piaget, pakar psikologi keturunan Swiss berpendapat bahwa “seorang anak berfikir sepanjang ia berbuat. Tampa berbuat anak tak berpikir. Agar ia berpikir sendiri (aktif), ia harus diberi kesempatan berbuat sendiri”. Seorang guru hanya dapat menyajikan dan menyediakan bahan pelajaran, peserta didiklah yang megolahnya dan mencernanya sendiri sesuai kemauan, kemampuan, bakat, dan latar belakangnya.
Pada sekolah yang bercorak tradisional, seperti model klasik, gurulah yang aktif melakukan segala sesuatu untuk peserta didik sedangkan peserta didik hanya pasif, hanya menerima apa yang diberikan dan di pikirkan oleh guru. Memang, menerima dan mendengarkan sesuatu dari orang yang ahli ataau lebih berpengalaman memiliki niai guna bagi individu/peserta didik. Tetapi, menerima dan mendengarkan itu mesti di ikuti dengan membuat sendiri, memikirkan sendiri dan membuktikan sendiri.
Terdapat miss-understanding yang sering muncul bahwa keaktifan atau kegiatan disamakan dengan menyuruh  peserta didikmelakukan sesuatu. haruslah dipahami, bahwa keaktifan atau kegiatan yang dimaksud tentu jika peserta didiklah yang melakukan sesuatu ke arah perkembangan fisik dan psikis.  Supaya peserta didik dapar mengekpresikan kemampuannya secara totalitas, perlu diberi kesempatan untuk berbuat sendiri sehingga ia tidak hanya menggunakan telinga saja, tetapi mata, tangan dan anggota tubuh lainnya ikut memikirkan, merasakan sesuatu dan sebagainya.
Setelah mengadakan penelitian, Paul B. Diedrich bahwa terdapat 177 macam kegiatan peserta didik yang meliputi aktivitas fisik dan aktivitas psikis, yang antara lain sebagai berikut:
a.   Visual activities. seperti membaca, memperhatikan gambar, percobaan, demontrasi, pekerjaan orang lain, dan sebagainya.
b.  Oral activities. Seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, member saran, mengeluakan pendapat, mengadakan, interview, diskusi, instrupsi dan lain-lain.
c.    Listening activities. Seperti mendengarkan uraian, music, pidato,  percakapan, diskusi, dan sebagainya.
d.   Writing activities. Seperti menulis cerita, karangan,  laporan, tes angket, menyalin dan sebagainya.
e.       Drawing activities. Seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan sebagainya.
f.       Motor activities. Seperti melakukan percobaan,  membuat kontruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.
g.      Mental activities. Seperti menganggap, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan dan lain sebagainya.
h.      Emotional activities. Seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang gugup dan sebagainya.
Prinsip aktivitas yang diuraikan di atas didasarkan pada pandangan psikologi bahwa segala pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan  (mendengar, melihat, melakukan, dan sebaginya) sendiri, dan pengalaman sendiri.
2.      Prinsip Motivasi
      Perubahan-perubahan yang dipelajari biasanya memberi hasil yang baik bilamana orang/individu mempunyai motivasi untuk melakukannya, dan latihan kadang-kadang menghassilkan perubaha-perubahan dalam motivasiyang mengakibatkan perubahan-perubahan dalam prestasi[4]. Akan tetapi perubahan-perubahan yang demikian menurut Walker bukan hasil belajar, perubahan itu adalah akibat pengalaman yang di sebabkan motivasi. Perubahan suatu motivasi akan berubah pula wujud, bentuk, dan hasil belajar. Ada tidaknya motivasi seorang individu  untuk belajar samgat berpengaruh dalam proses aktivitas belajar itu sendiri.
                 Thomas M. Risk (1985) memberikan pengertian motivasi sebagai usaha yang di sadari oleh pihak guru untuk menimbulkan motif-motif pada diri peserta didik/pelajar yang menunjang kegiatan kea rah tujuan-tujuan belajar.
Sehingga jelaslah bahwa salah satu masalah yang di hadapi oleh guru untuk menyelenggarakan pembelajaran adalah bagaimana memotivasi atau menumbuhkan motivasi dalam diri peserta didik secara efektiff. Sering di temui beberapa kesukaran yang dialami seorang guru untuk memotivasi peserta didiknya seperti:
a.       Realitas bahwa guru belum memahami sepenuhnya akan motif
b.      Motif itu sendiri bersifat perseorangan. Kenyataan menunjukkan bahwa dua orang atau lebih melakukan kegiatan yang sama dengan motif berbeda, bahkan bertentangan bila ditinjau dari segi nilainya
c.          Tidak ada alat,  metode, atau teknik tertentu yang dapat memotivasi peserta didik dengan cara yang sama atau dengan hasil yang sama.

Beberapa cara untuk mrenumbuhkan motivasi adalah melalui cara belajar yang bervariasi, mengadakan pengilangan informasi, memberika stimulus baru misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik, memberikan kesempata kepada pesereta didik untuk menyalurkan keinginan belajarnya, menggukan media dan alat bantu yang menarik perhatian peserta didik, seperti gambar, foto, diagram dan sebagainya. Secara umum peserta didik akan terangsang untuk belajar (terlibat aktif dalam prmbrlajaran).apabila ia melihat bahwa situasi pembelajaran cenderung memuaskan dirinya sesuai dengan kebutuhannya.
Kebutuhan keterlibat dalam pembelajaaran/belajar mendorong timbulnya motivasi dalam dirinya (motivasi instrik atau ondogen), sedangkan stimulus dari guru atau dari lingkungan belajar mendorong timbulnya motivasi dari luar (motivasi ekstrinstik atau eksogen). Pada motivasi instrinstik peserta didik belajar karena belajar itu sendiri dipandang bermakna (bermanfaat) bagi dirinya. Tujuan yang ingin dicapai terletak pada perbuatan belajar itu sendiri, seperti menambah pengetahuan, keterampilan dan sebagainya. Pada motivasi ekstrinstik, peserta didik belajar bukan karena dapat membarikan makna baginya, melainkan karna hadiah, penghargaan, atau menghindari hukuman atau celaan. Tujuan yang ingin dicapai diluar dari kegiatan belajar itu. Maka pujian pada seorang peserta didik yang menunjukkan prestasi belajjar merupakan salah satu upaya untuk memberikan motivasi dari luar peserta didik.
Motivasi ekstinstik sangat berkaitan erat dengan konsep reinforcemen atau penguatan. Ada dua macam reinnforcemen,  yaitu:
a.      Reinforcement positif, sesuatu yang memperrkuat hubungan stimulus respon atau sesuatu yang dapat memperbesar timbulnya suatu respon.
b.      Reinforcemen negative, sesuatu yang dapat memperlemah timbulnya respon atau memperkecil kemungkinan hubungan stimulus respon.

Dan reinforcemen itu sendiri erat huibungannya dengan hadiah, hukuman, dan sebagainya. Untuk memperbesar peranan peserta didik dalam aktivitas pembelajaran.

3.      Prinsip individualitas
Individu sebagai manusia merupakan orang-orang yang memiliki pribadi/jiwa sendiri. Tidak ada dua manusia yang sama persis. Kekhususan jiwa itu menyebabkan individu yang satu berbeeda dengan individu lainnya.
Setiap guru yang menyelenggarakan hendaknya selalu memperhatikan dan memahami serta berupaya menyesuaikan bahan pelajaran dengan keadaan peserta didiknya, baik yang menyangkut segi perbedaan usia, bakat, kemmPUn, intelegensia, perbedaan fisik, watak, dan sebagainya.
Oleh Prof. S. Nasution (1982) disarankan 4 cara untuk menyesuaikan pelajaran dengan kesanggupan individual (prinsip individualitas), yaitu:
a.       Pembelajaran individual
Peserta didik menerima tugas yang diselesaikannya menurut kecepatan masing-masing.
b.      Tugas tambahan
Peserta didik pandai mendapaat tugas tambahan, diluar tugas umum bagi seluruh kelas. Hubungan kelas tetap terpelihara.
c.       Pembelajaran proyek
Peserta didik mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan minat serta kesanggupan.
d.      Pengelompokkan menurut kesanggupan
Kelas dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri atas peserta didik yang mempunyai kkesanggupan yang sama.

4.      Prinsip Lingkungan
Pembawaan yang potensi dari individu yang bersifat umum dan dapat berkembang bermacam-macam kenyataan hasil interaksi dengan lingkungannya. Pembawaan menentukan batas-batas kemungkinan yang dapat dicapai oleh individu, tetapi lingkungan menentukan menjadi individu dalam kenyataan. Antara pembawaan dan lingkungan, keduanya saling membutuhkan dan saling melengkapi, sehingga terdapat jalinan erat melekat.
              Hasil penyelidikan dari para pakar psikologi menyebutkan bahwa faktor pembawaan lebih menentukan dalam hal intelegensi, fisik dan reaksi indrawi. Adapun factor lingkungan lebih berpengaruh dalam hal pembentukan kebiasaan, kepribadian, sikap dan nilai, dan sebagainya.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada diluar diri individu. Adapun lingkungan pembelajaran merupakan segala apa yang bisa mendukung pembelajaran itu sendiri yang dapat difungsikan sebagai “sumber pembelajaran” atau “sumber belajar”. Bukan hanya guru dan buku/bahan pelajaran yang menjadi sumber belajar. Apa yang dipelajari peserta didik tidak hanya terbatas pada apa yang disampaikan guru dan apa yang ada dalam textbook. Banyak hal yang dapat dipelajari dan dijadikan sumber belajar peserta didik. Pembelajaran yang tidak menghiraukan prinsip lingkungan akan mengakibatkan peserta hidup. Pengetahuan yang mungkin ia kuasai belum menjamin pada vagaimana ia menerapkan pengetahuannya itu bagi lingkungan yang ia hadapi.
Ada 2 macam cara menggunakan lingkungan sebagai sumber pembelajaran/belajar, yaitu:
a.       Membawa peserta didik dalam lingkungan dan masyarakat untuk keperluan pembelajaran (karyawisata, service projects, school camping, interview, survei).
b.      Membawa sumber-sumber dari masyarakat ke dalam kelas pembelajaran untuk kepentingan pelajaran (resources persons, benda-benda, seperti pameran atau koleksi).

5.      Prinsip Konsentransi
            Pada saat proses pembelajaran berlangsung, seharusnya guru berupaya agar peserta didik memusatkan perhatiannya (konsentrasi). Perhatian sebagai modus, tempat berlangsungnya aktivitas. Bila perhatian ini sekehendak maka  disebut sebagai konsentrasi; perhatian terpusat.
Upaya untuk mendorong peserta didik agar berkonsentrasi atau memusatkan perhatiannya dan melakukan suatu penyelidikan serta menemukan sesuatu yang dapat diguanakan kelak untuk kehidupan di dalam   masyarakat, maka pada setiap pembelajaran guru dituntut untuk dapat mengatur pelajaran sedemijian rupa.
               Secara psikologis, jika memusatkan perhatiannya pada sesuatu, maka segala stimulus lainnya yang tidak diperlukan tidak masuk dalam alam sadarnya. Akibat dari keadaan iniadalah pengamatan menjadi sangat cermat dan berjalan baik. Stimulus yang menjadi perhatiannya kemudian menjadi mudah masuk ke dalam ingatan, jika akan menimbulkan tanggapan yang terang, kokoh dan tidak mudah hilang begitu saja bahkan dapat dengan mudah di reprodusikan.

              Di saping itu, dengan adanya focus (pusat) perhatian atau konsentrasi, maka:
a.       Akan membangkitkan minat peserta didik untuk menaruh perhatian dalam pembelajaran dan menimbulkan daya konsentrasi itu sendiri.
b.      Dapat mengorganisasikan bahan pelajaran yang menjadi suatu problem yang mendorong peserta didik selalu aktif dalam hal mengamati, menyelidiki, memecahkan dan menentukan jalan penyelesaiannya sekaligus bertanggung jawab atas tugas yang diserahkan kepadanya.
c.       Dapat memberikan stuktur bahan pelajaran sehingga merupakan totalitas yang bermakna bagi peserta didik yang dapat digunakan untuk menghadapi lingkungan tempat ia hidup.


6.      Prinsip kebebasan
Pengertian kebebasan mengandung dimensi, yaitu :
a.       Self-directedness
b.      Self-discripline
c.       Self-control
           
Self-discipline menyarankan pembuatan keputusan keputusan tentang tindakan-tindakan individu didasarkan pada ukuran kebajikan meskipun menurut mazhab-mazhab filsafat pengertian kebajikan itu sendiri relatif berbeda-beda. Self-discipline yang sejati harus datang dari dalam diri individu itu sendiri, jika dipaksa dari luar hanya akan berlansung selama ada orang yang memaksakannya atau memberikan ancaman hukuman. Demikian pula Self-control harus dapat dari diri sendiri. Beberapa pengarahan dan disiplin harus datang dari luar diri sehingga system control individu dapat berkembang.
Guru mesti menyadari bahwa tanggung jawab dalam pembelajaran khususnya untuk mengantarkan perkembangan dan perubahan lebih maju bagi diri seseorang peserta didik  seorang peserta didik tidak boleh melupakan kenyataan bahwa suatu disiplin pada awalnya harus dipaksakan dari luar menuju kea rah disiplin mandiri, khususnya disiplin yang menyangkut aktivitas dalam kelas pembelajaran.
            Jadi, disiplin sebagai salah satu dimensi kebebasan perlu ditinjau bagaimana pelaksanaan kebebasan termasuk di dalamnya disiplin, untuk kepentingan situasi pembelajaran, atau guru dituntut berusaha  bagaimana penerapan suatu metode mengajar yang dapat mengembangkan dimensi-dimensi kebebasan.
            Setiap peserta didik harus dapat mengembangkan diri dengan kebebasan. Untuk itu mereka harus dibimbing sedemikian rupa sehingga mereka akan sanggup mandiri. Guru yang telah menguasai peserta didik menjadi individu yang selalu dependen pada orang lain dan insiatifnya menjadi beku.

7.      Prinsip Peragaan
            Peragaan, meliputi semua pekerjaan panca indra yang bertujuan untuk mencapai/memiliki pengertian pemahaman sesuatu hal secara lebih tepat dengan menggunakan alat-alat indra. Alat indra merupakan pintu gerbang pengetahuan. Untuk mmiliki suatu kesan yang terang dari peragaan makna individu harus mengamati bendanya aatidak terbatas pada luasnya saja, tetapi harus sampai pada macam seginya, dianalisis, disusun, dikomparasikan sehingga dapat memperoleh gambaran yang lengkap.
              Prof. A. Ghazali, MA, mengatakan bahwa agar peserta didik mudah mengingat menceritakan, dan melaksanakan sesuatu (pelajaran) yang pernah diamati (diterima dan dialami) di kelas, hal demikian perlu  didukung dengan peragaan-peragaan (media pembelajaran) yang kongkrit. Apalagi individu-individu yang masih sangat membutuhkan perangsang, sesuatu hal yang serba kongkrit jelas. Maka :
a.       Peserta didik harus diberi perbendaharaan tanggapan yang besar, harus memberikan tanggapan sebanyak-banyaknya dan pembelajaran berperaga.
b.      Bila guru hendak mengajarkan sesuatu pada peserta didik, haruslah hal itu dipertautkan pada tanggapan-tanggapan yang telah ada pada mereka.
c.       Bila guru hendak mengajarkan kata-kata/istilah baru haruslah peserta didik disuruh melihatnya, mendengarkannya, mengucapkannya, dan menyuruh menulisnya.

Dalam pembelajaran berperaga diusahkan agar peserta ddik mengamati sesuatu dengan teliti dan penuh perhatian. Dengan pembelajaran berperaga peserta didik memperoleh pengetahuan baru terutama dengan pertolongan alat indranya. Stimulus-stimulus dari luar termasuk bahan pelajaran meninggalkan bekas/kesan atau tanggapan yang terang, tahan lama dalam ingatan, dan mudah direprodusikan jika masuk ke daalam jiwa melalui alat indranya.
Ada dua macam peragaan, yaitu:
a.       Peragaan langsung, dengan memperlihatkan bendanya sendiri, mengadakan percobaa-percobaan yang dapat diamati peserta didik. Misalnya, guru membawa alat-alat atau benda-benda ke dalam kelas pembelajaran dan ditunjukan kepada peserta didik atau membawa peserta didik atau membawa peserta didik ke laboratorium, pabrik-pabrik, kebun bianatang, dan sebagainya.
b.      Peragaan tak langsung, dengan menunjukan benda-benda tiruan. Misalnya, gambar-gambar, film, dan sebagainya.

8.      Prinsip Kerja Sama dan Persaingan
Kerja sama atau koperasi merupakan lawan dari persaingan. Dalam kehidupan sehari-hari kerja sama dan persaingan sering terlihat di dalam kelas. Jean D. Grambs berpendapat bahwa dalam pembelajaran di sekolah yang demokratis, baik kerja sama maupun persaingan sama pentingnya. Hanya saja persaingan yang dimaksud bukan berarti persaingan antar kelompok  dan tidak bertujuan untuk memperoleh hadiah atau kenaikan tingkat, tetapi untuk mencapai hasil yang lebih tinggi atau pemecahan masalah yang dihadapi kelompok.
Untuk membentuk inividu peserta didik menjadi manusia yang demokratis, guru harus menekankan pelaksanaan prinsip keja sama atau kerja kelompok. Berkaitan dengan ini, Burton sangat memperhatikan apa yang dinamakan group process atau proses kelompok, yaitu cara individu mengadakan relasi dan kerja sama dengan individu lain untuk mencapai tujuan bersama. Relasi dan keja sama dalam kelompok  yang demokratis itu yakni setiap individu berperan serta secara aktif dan ikut bekerja sama.  Proses kelompok memikiki dua ciri utama, yaitu peran serta individu dalam segala kegiatan, dan kerja sama antar individu dalam kelompok. Tetapi, di dalamnya mungkin juga akan timbul persaingan. Persaingan disini akan timbul secara sehat dan baik jika sebelumnya individu mendapat arahan.

Ada dua jenis kerja kelompok menurut William Burton, yakni:
a.       Kerja kelompok untuk memecahkan suatu proyek atau masalah dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)      Merasa ada/timbul masalah
2)      Identifikasi dan analisis masalah
3)      Diseminasi tugas
4)      Aktivitas kelompok
5)      Penyelidikan oleh kelompok
6)      Konklusi
b.      Diskusi kelompok, untuk memecahkan suatu masalah yang menimbulkan berbagai pendapat.
Kemudian, agar kerja sama kelompok berjalan baik, perlu diperhatikan beberapa prinsip berikut:
1)      Peserta didik perlu mengenal dan memahami tujuan, rencana, masalah dan manfaat untuk mereka.
2)      Setiap anggota memberikan masukan atau konstribusi
3)      Setiap individu merasa bertanggung jawab pada kelompok
4)      Dikembangkan peran serta dan keja sama secara efektif
5)      Perlu dicapai prosedur yang demokratis dalam perencanaan, pelaksanaan, penyelesaian, dan pembuatan keputusan.
6)      Pemimpin kelompok perlu menciptakan suasana di mana setiap anggota mau menyumbangkan buah pikirannya dan keja sama secara kooperatif.
7)      Gunakan evaluasi terhadap kemajuan kelompok dalam berbagai segi, seperti: sosial, kepemimpinan dan sebagainya.
8)      Diusahakan menimbulkan perubahan konstruktif pada kelakuan seseorang
9)      Setiap anggota merasa puas dan aman dalam kelompok kelas.

Maka, pada setiap pembelajaran, guru hendaknya berupaya menciptakan suasana sosial yang membangkitkan kerja sama diantara peserta didik dalam menerima pembelajaran sehingga proses pembelajaran terlaksana lebih efektif dan efisien.

9.      Prinsip Apersepsi
Apersepsi (apperception) adalah suatu penafsiran buah pikiran, yaitu menyatu adukan dan mengasimilasi suatu pengamatan dan pengalaman yang telah dimilki. Apersepsi sebagai salah satu fenomena psikis yang dialami individu tatkala ada suatu kesan baru yang masuk dalam kesadaran serta berasosiasi dengan kesan-kesan lam yang sudah dimilki dibarengi dengan pengolahan sehingga menjadi kesan yang luas.
Apersepsi sering disebut “Batu Loncatan”, maksudnya sebelum pembelajaran dimulai untuk menyajikan bahan pelajaran baru, guru diharapkan dapat menghubungkan lebih dahulu bahan pelajaran (pembelajaran) sebelumnya yang menurut guru telah dikuasai peserta didik. Apersepsi ini dpaat disajikan melalui pertanyaan untuk mengetahui apakah peserta didik masih ingat/lupa, sudah dikuasai/belum, hasilnya untuk menjadi titik tolak dalam memulai pebelajaran yang baru.
            Apersepsi itu dapaat membangkitkan minat dan perhatian terhadap sesuatu pembelajaran. maka pembelajaaran harus dibangun melalui pengetahuan, sikap dan skill yang telah ada. Herbart (1814) menyarankan emapt langkah pembelajaran, yakni:
a.       Kejelasan pengertian
b.      Asosiasi
c.       System: menghubungkan bahan baru dengan hal-hal lain
d.      Metode: tugas, Tanya jawab, dan sebagainya.
Kemudian, Rein (Pengikut Herbart) menyarankan lima langkah pembelajaran berikut:
1)      Preparasi (persiapan)
2)      Presentasi (penyajian)
3)      Asosiasi
4)      Generalisasi
5)      Aplikasi

10.  Prinsip Korelasi
             Korelasi (saling berkaitan) akan menghasilkan asosiasi dan apersepsi sehingga akan tumbuh dan bangkit minat peserta didik terhadap pembelajaran. Pembelajaran yang dihubungkan dengan masalah-masalah kehidupan keseharian individu maupun dihubungkan dengan bidang-bidang lain yang bisa dikaitkan akan menjadikan sesuatu yang baru dan berguna bagi peserta didik.
            Peserta didik perlu dilatih untuk menghadpai masalah-masalah hidup keseharian sekaligus upaya pemecahannya dengan mendasarkan diri pada pengetahuan atau skill yang diperoleh dalam pembelajaran. karenanya, dalam menyajikan materi (mata pelajaran tertentu), guru seharusnya berusaha menggunakan dan menghubungkan masalah-masalah pokok dalam kehidupan keseharian peserta didik. Sehingga hasil pembelajaran itu akan membawa nilai guna bagi peserta didik. Guru hendaknya juga berusaha menghubungkan bahan pembelajaran dari mata pelajaran yang sedang diajarkan atau yang sedang dipelajari peserta didik dengan bahan pengajaran dari mata pelajaran yang lain.

11.  Prinsip Efisiensi dan Efektivitas
            Suatu pembelajaran yang baik adalah apabila proses pembelajaran itu menggunakan waktu yang cukup sekaligus dapat membuahkan hasil (pencapaian tujuan instruksional) secara lebih cepat dan cermat serta optimal. Waktu pembelajaran yang sudah ditentukan   sesuai dengan bobot materi pelajaran maupun capaian tujuan instruksionalnya, diharapkan pada memberikan sesuatu yang berharga dan berhasil guna bagi peserta didik.
            Idealnya, menurut hokum ekonomi, dengan modal yang minimum dapat mencapai hasil yang optimum. Dengan penggunaan waktu pembelajaran yang efesien dapat membuahkan hasil yang efektif. Dengan sedikit penjelasan dari guru diharapkan peserta didik cepat memahami suatu pembelajaran. karenanya, ketepatan menerapkan metode dan penggunaan pembelajaran berperaga perlu diperhatikan oleh para guru.
Waktu pembelajaran seharusnya tidak terbuang sia-sia. Disiplin kelas dan disiplin waktu perlu dihargai oleh setiap subjek pembelajaran. semua komponen pembelajaran hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mendukung efesien dan efektivitas. Jadi, pembelajaran yang baik mestinya dapat berhasil guna dan berdaya guna.

12.  Prinsip Globalitas.
Menurut psinsip globalitas/integralitas bahwa keseluruhan adalah menjadi titk awal pembelajaran. peserta didik selalu mengamati keseluhan lebih dahulu baru kemudian bagian-bagiannya. Di sini pendekatan deduktiflah yang ditekankan yaitu mengenal pembelajaran kepada peserta didik dari pengertian/penjelas yang umum kepada yang khusus, dari kaidah-kaidah umum kepada kaidah/kaidah yang khusus, dari yang global ke yang spesifik, dari pengenalan system kepada elemen-elem system.
            Menurut psikologi Gestalt, bentuk itu lebih banyak artinya daripada jumlah unsurnya dan dari arti setiap unsur ditentukan oleh status dalam bentuk. Dalam pada itu, psikologi totalitas berpandangan bahwa pada waktu peserta didik mengawasi sesuatu untuk pertama kalinya, terbentuklah suatu gambaran yang komprensif (menyeluruh) tetapi kabur (bagian-baginya tidak begitu jelas). Untuk memperjelas gambaran pengamatan sampai pada bagian-bagiannya diperlukan pengulangan.
Jadi, psikologi Gestalt dan totalitas lebih memberikan sumbangan berharga bagi pengembangan prinsip-prinsip globalitas pembelajaran.

13.  Permainan dan Hiburan.
            Pada sarjana pendidikan berpandangan bahwa pada dasarnya setiap individu/peserta didik sangat membutuhkan permainan dan hiburan setelah selesai belajar. Kelas pembelajaran yang diliputi oleh suasana hening, sepi, serius dan penuh konsentrasi terhadap pelajaran, maka akibat yang tidak di sadari (side effect) menjadikan peserta didik menjadi kelelahan, bosan, capek, butuh refreshing, istirahat, rekreasi dan sebagainya. Bahkan jika diperlukan, sesekali guru boleh mengadakan refreshing, intermeso, atau selingan baik berupa humor atau dalam bentuk lain-lain, ditengah aktifitas/proses pembelajran berlangsung, selama tujuan refreshing itu baik dan proposional serta tidak menjadikan kelas pembelajaran justtru lebih gaduh, pecah konsentrasinpeserta didik, dan sebagainya.

14.  PRINSIP PEMBELAJARAN BERBASIS WEB DAN ICT
      Pembelajaran berbasis Web dibangun melalui beberapa prinsip yang berperan dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran ini pada implementasi. Hal yang membuat pembelajaran berbasis Web ini efektif pada dasarnya bergantung pada pandangan dari pemengang kepentingan. Oleh karenanya sangat sulit untuk menentukan prinsip utama yang setidaknya harus ada dalam pembelajaran berbasis Web. Menurut Rusman (2011) prinsip pembelajaran berbasis Web adalah:[5]
1.      Interaksi
Interaksi berarti kapasitas komunikasi dengan orang lain yang tertarik pada topic yang sama atau menggunakan pembelajaran berbasis Web yang sama. Dalam lingkungan belajar, interaksi berarti kapasitas berbicara yang baik antarpeserta, maupun antara peserta dengan instruktur. Interaksi membedakan antara pembelajaran yang berbasis Web dengan pembelajaran berbasis computer (computer-Based Instruction). Hal ini berarti bahwa mereka yang terlibat dalam pembelajaran berbasis Web tidak berkomunikasi dengan mesin, melaikan dengan orang (baik perseta maupun tutor) yang kemungkinan tidak berada pada lokasi bahkan pada waktu yang sama.
Interaksi tidak hanya menyediakan hubungan antarmanusia, tetapi juga menyediakan keterhubungan isi, di mana setiap orang dapat saling membantu antar satu dengan yang lainnya untuk memahami isi materi dengan berkomuniksi. Hal tersebut menciptakan lapisan belajar terdalam yang tidak bisa diciptakan oleh pengembang media.
2.      Ketergunaan
            Ketergunaan yang dimaksud disini adalah bagaimana siswa mudah menggunakan Web. Terdapat dua elemen penting dalam prinsip ketergunaan ini, yaitu konsistensi dan  kesederhanaan. Intinya adalah bagaimana pengembangan pembelajaran berbasis Web ini menciptakan lingkungan belajar yang konsistensi dan sederhana, sehingga siswa tidak mengalami kesulitan baik dalam proses belajar maupun navigasi konten (materi dan aktivitas belajar lain).
3.      Relevansi
            Relevansi diperoleh melalui ketepatan dan kemudahan. Setiap informasi dalam Web hendaknya dibuat sangat spesifik untuk meningkatkan pemahaman pembelajaran dan menghindari bias. Menempatkan konten yang relevan dalam konteks yang tepat pada waktu yang tepat adalah bentuk seni tersendiri, dan sedikit pengembangan e-learning yang berhasil  melakukan kombinasi ini. Hal ini melibatkan aspek keektifan desain konten serta kedinamisan pencarian dan penempatan konten (materi).

15.  PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN
            Salah satu hal yang penting dalam proses belajar mengajar adalah bagaimana persepsi atau kemampuan siswa dalam penerimaan materi yang telah di transfer. Penerimaan materi atau persepsi siswa terhadap materi sangat berpengaruh terhadap bagaimana siswa mampu memahami dan  menguasai materi pembelajaraan. Jika siswa mampu memahami dan menguasai pembelajaran yang diterima maka tentu tujua pembelajaran dapat dicapai. Jika peserta didik kurang mampu menerima dan mendapatkan persepsi yang benar pada materi pembelajaran yang telah disampaikan dalam proses pembelajaran maka jelas siswa tidak akan mampu memahami ataupun menguasai serta mencapai kompetensi yang diharapkan. Bahkan bisa saja terjadi kesalapahaman atau penafsiran serta persepsi yang salahterhadap suatu materi pelajaran yang disampaikan.
Oleh karena itu, guru wajib memperhatikan bagaimana siswa mendapatkan persepsi yang benar terhadap proses pembelajaran yang akan, sedang, maupun telah dilakukan. Perencanaan yang baik serta pelaksanaan hingga evaluasi adalah hal yang wajib dilakukan dengan seksama dan benar agar persepsi dan penerimaan siswa terhadap materi tidak melenceng dari apa yang hendak dicapai. Terkait dengan persepsi dan penerimaan materi dalam belajar, ada beberapa prinsip yang perlu diketahui dan diperhatikan oleh guru, Slameto menyampaikan pentingnya mengetahui prinsip-prinsp yang berkenaan dengan persepsi dan penerimaan materi dalam pembelajaran tersebut, yaitu:[6]
1.      Makin baik suatu objek, orang, peristiwa, atau hubungan diketahui, makin baik pula objek, orang, peristiwa, atau hubungan tersebut unntuk dapat diingat siswa.
2.      Dalam pengajaran menghindari salah pengertian merupakan hal yang harus dapat dilakukan oleh guru sebab salah pengertian akan menjadikan siswa belajar sesuatu yang keliru atau tidak relevan.
3.      Jika dalam mengajarkan sesuatu guru perlu mengganti benda yang sebenarnya dengan gambar atau potret dari benda tersebut, maka guru harus mengetahui bagaimana gambar atau potret tersebut harus dibuat agar tidak terjadi persepsi yang keliru. Hal ini berlaku juga untuk variasi media pembelajaran serta segala sesuatu  yang digunakan dalam pembelajaran.
4.      Guru yang menyadari pentingnya prinsip-prinsip persepsi dalam berlajar tersebut akan mengusahakan agar siswa dapat memahami dan mendapatkan persepsi yang benar terhadap materi pembelajaran. alasan di atas sangat jelas menunjukan bahwa persepsi atau pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran dapat sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Lebih lajut lagi tentunya mempengaruhi dapat atau tidaknya peserta didik mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai yang telah disampaikan sebelumnya.

           













BAB II
PENUTUP
A.          KESIMPULAN
Agar lalu lintas pembelajaran bisa berjalan lancar, teratur, dan terhindar dari beberapa hambatan yang mengakibatkan pembelajaran tidak berjalan lancar dan teratur, serta kemungkinan-kemungkinan lain seperti fasilitas peserta didik, ketidaksesuaian, penerapan metode, ketidakpahaman terhadap materi, keterasingan seorang peserta didik dalam suatu kelas pembelajaran, dan lain-lainnya, maka seorang guru harus mengerti, memahami, dan menghayati berbagai prinsip pembelajaran sekaligus mengaplikasikannya.
            Prinsip aktivitas, prinsip motivasi, prinsip individualitas, prinsip lingkungan, prinsip konsentrasi, prinsip kebebasan, prinsip peragaan, prinsip kerjasama dan persaingan, prinsip apresiasi, prinsip kolerasi, prinsip efesiensi dan efektivitas, prinsip globalitas, dan permainan dan hiburan.  
Guru wajib memperhatikan bagaimana siswa mendapatkan persepsi yang benar terhadap proses pembelajaran yang akan, sedang, maupun telah dilakukan. Perencanaan yang baik serta pelaksanaan hingga evaluasi adalah hal yang wajib dilakukan dengan seksama dan benar agar persepsi dan penerimaan siswa terhadap materi tidak melenceng dari apa yang hendak dicapai. Terkait dengan persepsi dan penerimaan materi dalam belajar, ada beberapa prinsip yang perlu diketahui dan diperhatikan oleh guru

B.           SARAN
Sebagai seorang guru kita harus memahami bagaimana prinsip-prinsip yang digunakan dalam pembelajan agar kita dapat memberikan pengajaran yang sesuai dan efektif kepada anak didik kita. Agar anak didik dapat menerima pembelajaran dengan baik dan tidak memiliki perspektif yang salah dalam pembelajaran yang mita ajarkan.


















DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd., Drs. Abdul Karim Rauf, M.Pd.I. Desain Pembelajaran.




[1] Prof. Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd., Drs. Abdul Karim Rauf, M.Pd.I. Desain Pembelajaran. hlm. 68
[2] Ibid. hlm 68.
[3] Ibid. hlm 70
[4] Prof. Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd., Drs. Abdul Karim Rauf, M.Pd.I. Desain pembelajaran.  hlm 73
[5] https://www.google.com/amp/s/tepenr06.eordpress.com/2012/11/23/prinsip-prinsip-pembelajaran-berbasis-komputer/amp/.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konsep dasar pembelajaran berbasis ICT dan WEB Desaian Pembelajaran PAI Berbasis WEB (12)

MANFAAT PEMBELAJARAN PAI BERBASIS ACT DAN WEB (9)